Di
suatu pagi buta, dimana jalanan masih terasa sepi, udara belum sesak seperti
siang hari, dan tidak banyak suara klakson, matahari belum menampakkan dirinya,
berbarislah 100 pemuda di bandara Soekarno-Hatta.Awal pengalaman luar biasakumenuju
negeri tirai bambu bersama 99 pemuda luar biasa.
Tergabung menjadi salah satu dari 100 pemuda terpilih dari pelosok nusantara yang dipertemukan dalam naungan Kementerian Olahraga dan Kepemudaan yang bekerja sama dengan All-China Youth Federation untuk mengikuti program Indonesia - China Youth Exchange Program (ICHYEP)
2
September 2015, secara resmi saya berkesempatan untuk menjadi salah satu
delegasi yang mewakili Indonesia dan khususnya
Kepri untuk ICHYEP. Program ini menfasilitasi kunjungan ke beberapa
provinsi di Tiongkok untuk mempelajari berbagai budaya, sejarah, dan terutama entrepreneurship.
Kapan lagi bisa berkesempatan untuk bertemu 99 pemuda dari seluruh penjuru nusantara dengan berbagai latar belakang (baca: yang luar biasa), Berbagi cerita, pengalaman, senyum, dan sedih bersama dalam 10 hari yang tak terlupakan dari Great Wall hingga Masjid Hui nan megah?
Sayangnya
ketika berkunjung ke Great Wall,
cuaca sedang hujan. Tapi apa daya, saking takjubnya dengan kemegahan
arsitekturnya, kami tetap masuk dan melihat
betapa luar biasanya Great Wall.
Membayangkan bahwa tembok inilah yang dulu digunakan untuk bertahan dari
perang. Betapa banyaknya kejadian yang telah terjadi disini dari masa
pembangunannya yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit hingga masih
berdirinya Great Walldetik ini. Wow!
Di
program ini juga kami saling belajar budaya dari berbagai daerah melalui lagu dan
tarian daerah. Bisa dibayangkan, budaya Indonesia di campur ala gado-gado oleh
100 pemuda. Teringat pengalaman menarik ketika berada di Forbidden city.
Setelah berputar-putar di Forbidden city yang luas banget, kami akhirnya sampai di pintu keluar. Tapi, ternyata hanya sedikit
dari kami yang duluan sampai dan karena masih sepi maka muncullah ide iseng
untuk menari di pintu keluar Forbidden
City. Mulailah
kami menari Zapin Muda Mudi di pintu keluar Forbidden
City sambil dilihatin banyak pengunjung di sana. Bahkan ada yang merekam
kami dan minta berfoto.
Bukan hanya menari Zapin Muda Mudi, tarian kecak dan saman pun kami tampilkan
secara dadakan di sana.
Di
sini kami juga mengunjungi beberapa institusi seperti Universitas. Ada hal
menarik yang masih kurang di Indonesia adalah banyaknya museum di Tiongkok
termasuk museum yang berada di kampus. Bahkan ada museum yang terletak di
sebelah perpustakaan kampus tersebut hingga ada museum yang memiliki
bangunannya sendiri di kampus tersebut. Bisa kita ketahui betapa negara
Tiongkok menghargai sejarahnya. Selain itu, juga ditemui adanya bangunan yang
memang sediakan khusus oleh kampus di Tiongkok bagi mahasiswa yang ingin
memulai bisnis. Mereka dapat mengajukan proposal bisnis dan mereka bisa
mendapatkan salah satu ruangan yang ada dibangunan tersebut untuk di jadikan
kantor mereka. Ya, semacam inkubator bisnis di kampus. Dan bisnis yang dijalani
pun bervariasi mulai dari produk pajangan kreatif yang dibuat dari pasir hingga
studio film.
Kami
juga mengunjungi berbagai berbagai lokasi industri kreatif. Mereka
mengembangkan banyak sekali produk orisinil yang unik untuk berbagai keperluan.Selain
itu, jalanan perkantoran tersebut juga dirancang seperti jalanan ditempat
hiburan. Banyak patung dari kartun animasi dan ikon dari perusahaan disana.
Sejauh
yang kulihat sih, jalanannya bersih dan cukup ramah terhadap pejalan kaki.
Selain itu, jalanannya cukup luas baik untuk pengendara maupun pejalan kaki. Selain itu, pepohonan di tepi
jalan juga sangat rapi sehingga tidak bosan dan sumpek untuk melihat jalanan
yang ada disana. Ditambah lagi banyak bangunan pencakar langit yang rapi
disana.
Rasanya
sangat berbeda sekali apa yang dikatakan oleh orang banyak tentang Tiongkok
yang kumuh, sesak, dan kacau. Harus diakui bahwa perkembangan Tiongkok cukup
signifikan dari berbagai bidang baik dibidang tata kota, ekonomi, dan produksi produk
kreatif.
Setelah
berkeliling dari Beijing hingga Quan zhou selama 10 hari, akhirnya kami harus
kembali ke Indonesia untuk menunaikan tanggung jawab pasca program sebagaiYouth Ambassador.
“You can travel the world as tourist. But, being A Youth ambassador is a different experience”.
Inilah
sedikit perjalananku dinegeri tirai bambu yang saat ini berkembang dengan
sangat pesat. Sayangnya terlalu banyak pengalaman tak terlupakan dari program
ini. Dari pada hanya duduk termenung sambil membaca cerita ini, lebih baik
siapkan dirimu segara untuk seleksi Pertukaran Pemuda Antar Negara dan Kapal
Pemuda Nusantara 2016!
Create Your Own Story!
Create Your Own Story!
No comments:
Post a Comment